LAPORAN PRAKTIKUM
Kuliah Kerja Lapang (KKL) Pantai Kondang
Merak
Keanekaragaman Alga Merah (Rhodophyta)
Dosen Pengampu:
Drs.Sulisetjono,
M.Si
Ainun Nikmati Laily,
M.Si
Disusun Oleh:
Ario Miftakhul Hikmah (13620025)
Leni Susilo (13620094)
Nanik Nur Agustin (13620106)
Ahmad Zainuri (13620107)
Siti Mufidatunniswah (13620
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai Negara yang subur dan kaya akan sumber
daya alam. Sebagai Negara dengan luas wilayah lebih dari 70 %, salah satu
kekayaan alam yang bisa kita manfaatkan adalah sumber daya alam hayati. Selain
ikan, alternatif hasil laut
yang bisa diolah adalah alga meskipun tidak semua alga bisa digunakan.
Pada umumnya, alga yang memilki zat kapur terbagi dalam tiga kelas, yaitu Chlorophyta, Phaeophyta dan
Rhodophyta. Kelas-kelas ini mengandung jenis-jenis alga yang hampir terdapat di
seluruh perairan pantai di dunia. Salah satunya adalah kelas Rhodophyta,
kehadiran jenis-jenis kelas ini merupakan pelopor dari rumput laut berzat kapur
yang sejati karena mempunyai kandungan zat kapur sangat tinggi. Hampir semua komunitas
alga berzat kapur didominasi oleh divisi
Rhodophyta. Ia banyak dijumpai pada rataan terumbu karang terutama tumbuh pada
substrat karang mati, moluska dan benda-benda yang tenggelam di dasar laut.
Pantai Kondang Merak merupakan tempat yang
ideal untuk pertumbuhan makroalga sebab perairannya yang masuk daerah pasang
surut sampai daerah subtidal.Subtratnya berupa batu karang, pasir serta
intensitas cahanya yang relatif tertutup dari masyarakat pesisir pantai.
Oleh karena itu, praktikan melakukan kegiatan
kuliah kerja lapangan (KKL) di pantai Kondang Merak, Malang. Karena kondisi di
pantainya yang masih sangat alami dan jauh dari keramaian. Sehingga di
mungkinkan ditemukannya berbagai macam jenis alga di pantai ini.
1.2 Tujuan
Tujuan diadakannya pengamatan makroalga ini
adalah:
1. Untuk mempelajari organisasi thallus divisi alga merah (Rhodophyta) di
pantai Kondang Merak, Malang Selatan
2. Untuk mengetahui morfologi divisi alga merah (Rhodophyta) di pantai Kondang Merak, Malang
Selatan
3. Untuk mengetahui siklus hidup atau reproduksi alga merah (Rhodophyta) di
pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
1.3 Manfaat
Manfaat yang bisa diperoleh dari
diadakannya penelitian ini adalah:
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai divisi
alga merah (Rhodophyta) dan spesiesnya, khususnya spesies yang ditemukan
di pantai Kondang Merak, Malang Selatan.
2. Memberikan informasi pada masyarakat tentang beberapa spesies dari divisi alga
merah (Rhodophyta) yang ditemukan di pantai Kondang Merak Malang
Selatan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Rhodophyta (Alga merah)
Alga merupakan tumbuhan talus yaitu tumbuhan yang
struktur organ tubuhnya belum dapat dibedakan dengan jelas (Puty,2001).
Tubuhnya memiliki sel tunggal dan juga sel banyak, yang berpigmen dan
berklorofil.Umumnya tumbuhan ganggang hidup di tempat yang lembab, baik di air
tawar maupun air laut. Semua alga mengandung klorofil tetapi ada pigmen
lain yang ,menyusun yang terkandung dalam plastid (Campbell, 1992).
Alga
merah atau Rhodophyta adalah salah satu divisi alga berdasarkan zat warna atau
pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin
dalam jumlah banyak dibandingkan pigmen klorofil, karoten, dan xantofil. Alga ini pada umumnya banyak sel
(multiseluler) dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan
berbentuk berkas atau lembaran. Beberapa alga merah memiliki nilai ekonomi
sebagai bahan makanan (sebagai pelengkap minuman penyegar ataupun sebagai bahan
baku agar-agar). Alga merah sebagai bahan makanan memiliki kandungan serat lunak
yang baik bagi kesehatan usus (Tjitrosoepomo, 2005).
Rhodophyta (ganggang merah) Umumnya hidup di laut dan
beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen klorofil a, klorofil d, karoten,
fikoeritrin, fikosianin.Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau
lembaran.Reproduksi vegetatif dengan spora (Bold,
1978).
Alga
merah berbentuk lembaran. Susunan Sel Rodophyta Rhodophyta berwarna merah
sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang
kemerah-merahan.kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung
klorofil-a dan karotenoid, tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang
mengadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Pada jenis-jenis tertentu terdapat
fikosianin. Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut
tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa, berbentuk
bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika dibubuhi yodium
berwarna kemerah-merahan. Tepung ini sifatnya lebih dekat kepada glikogen, dan
tidak terdapat dalam kromatofora, melainkan pada permukaannya. Selain tepung
floride terdapat juga floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) dan
tetes-tetes minyak. Pirenoid kadang-kadang juga terdapat. Selain beberapa
perkecualian, rhodophyta selalu bersifat autotrof. Yang heterotrof tidak
mempunyai kromatofora dan hidup sebagai parasit pada lain ganggang. Dinding sel
terdiri atas dua lapis, yang dalam terdiri atas selulosa, yang luar terdiri
atas pectin yang berlendir (Bold,1978).
Rhodophyceae berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung
atau pirang kemerahmerahan. Kromatofor mengandung klorofil-a dan karotenoid,
tetapi warna itu tertutup oleh zat warna merah yang mengandung fluoresensi,
yaitu fikoeretin. Sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang
disebut tepung floride, yang juga merupakan hasil polimerisasi glukosa
berbentuk bulat, tidak larut dalam air, seringkali berlapis-lapis, jika
dibubuhi yodium berwarna kemerahmerahan. Rhodophyceae selalu bersifat
autotrof dan heterotrik, hidup dalam air laut, hidupnya sebagai bentos, melekat
pada suatu substrat dengan benang-benang pelekat atau cakram pelekat (Bold,1978).
2.2 Ciri-ciri
Rhodophyta
Adapun cici-ciri Rhodophyta secara spesifik dipaparkan
sebagai berikut (Bold,1978):
1) Mengandung kloroplas berisi
fikoeretrin lebih banyak dibandingkan klorofil, ada karotenoid, sedikit
fikosianin.
2) Kebanyakan hidup di air laut,
yaitu laut dalam yang hanya dapat dicapai oleh cahaya bergelombang pendek.
Hidup sebagai bentos, melekat pada substrat dengan benang/cakram pelekat.
3) Bersifat autotrof, tetapi ada
yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan hidup sebagai parasit
pada ganggang lain.
4) Hasil asimilasi berupa tepung
floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa)
serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid.
5) Dinding sel ganggang merah
terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir (sebelah luar).
6) Bentuk talus beranekaragam
dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim tetapi hanya berupa
plektenkim.
7) Reproduksi aseksual dengan spora,
dan seksual dengan cara oogami. Spora atau gamet tidak berflagel, jadi tidak
dapat bergerak aktif.
2.3 Habitat
Rhodophyta
Sebagian besar
alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau. Alga merah yang banyak ditemukan di laut dalam adalah Gelidium dan Gracilaria, sedang Euchema spinosum menyukai laut dangkal. Rhodophyta yang ada di habitat air
tawar dan tanah adalah spesies dari genus Audouinella, Bangia, Batrachospermum,
Chroodactylon,Hildenbrandia, Lemanea dan Porphyridium.
Beberapa genus, misalnya Bangia, Bostrychia dan Hildenbrandia,
memuat spesies kelautan maupun air tawar. Beberapa ganggang merah bersifat
parasit pada ganggang lainnya, seperti Choreocolax dan Holmsella (Nontji,
1993).
Spesies
kelautan biasanya berwarna kemerahan, sementara spesies air tawar biasanya
hijau kebiruan, hijau kekuningan, coklat atau abu-abu. Ganggang merah
mengandung klorofil a, dan sebagian juga mengandung klorofil d; tilakoid
tunggal (tidak berasosiasi) dan mengandung pikobilisoma yang memuat pikoeritrin
dan/atau pikosianin. Banyak karotenoid, misalnya xantofil dan beta karoten,
juga ada. Produk hasil fotosintesis antara
lain pati floridean dan floridosida (Nontji,
1993).
2.4 Sistem reproduksi Rhodophyta
Alga
merah berkembangbiak secara vegetatif dan generatif. Perkembangbiakan vegetatif
ganggang merah berlangsung dengan pembentukan spora haploid (n) yang dihasilkan
oleh sporangium atau thalus ganggang yang diploid. Spora ini selanjutnya tumbuh
menjadi ganggang jantan atau betina yang sel-selnya haploid (n). Perkembangbiakan
generatif ganggang merah dengan oogami, pembuahan sel kelamin betina (ovum) oleh
sel kelamin jantan (spermatium). Alat perkembangbiakan jantan disebut
spermatogonium yang menghasilkan spermatium yang tak berflagel. Sedangkan alat
kelamin betina disebut karpogonium, yang menghasilkan ovum. Hasil pembuahan sel
ovum oleh spermatium adalah zigot yang diploid. Selanjutnya, zigot itu akan
tumbuh menjadi ganggang baru yang menghasilkan aplanospora dengan pembelahan
meiosis. Spora haploid akan tumbuh menjadi ganggang penghasil gamet. Jadi pada
ganggang merah terjadi pergiliran keturunan antara sporofit dan gametofit (Aslan,1991).
Perkembangbiakan dapat secara aseksual, yaitu dengan
pembentukan spora, dapat pula secara seksual (oogami) (Ferdinant, 2002).
a). Reproduksi seksual terjadi melalui pembentukan
dua anteridium pada ujung-ujung cabangtalus. Anteridium menghasilkan gamet
jantan yang disebut spermatium.Gametangium betina disebut karpogonium yang
terdapat pada ujung cabang lain.Karpogonium terdiri dari satu sel panjang.
Bagian karpogonium bawah membesar seperti botol, sedangkan bagian atasnya
membentuk gada atau benang dan dinamakan trikogen. Inti sel telur
terdapat di bagian bawah yang membesar seperti botol. Spermatium mencapai
trikogen karena terbawa air (pergerakan secara pasif). Spermatium kemudian
melekat pada trikogen. Setelah dinding perlekatan terlarut,seluruh protoplasma
spermatium masuk dalam karpogonium. Setelah terjadi pembuahan, terbentuklah
sumbat di bagian bawah. karpogonium. Sumbat itumemisahkan karpogonium dan
trikogen. Zigot hasil pembuahan akan membentuk benang-benang sporogen.
Dalam sel-sel di ujung benang sporogen itu, terbentuk spora yang masing-masing
memiliki satu inti dan satu plastida; spora tersebutdinamakan karpospora.
Karpospora akhirnya keluar dari sel-sel ujung benangsporogen sebagai
protoplasma telanjang berbulu cambuk. Karpospora ini mula-mula berkecambah
menjadi protalium yang akhirnya tumbuh menjadi individu baru lengkap dengan
alat-alat generatifnya.
b) Reproduksi aseksual terjadi dengan membentuk
tetraspora. Tetrasporaakan menjadi gametangium jantan dan gametangium betina.
Gametangium jantann dan betina akan bersatu membentuk karposporofit.
Karposporofit kemudian menghasilkan tetraspora, Contoh anggota-anggota
Rhodophyta antara lain: Corrallina, Palmaira, Batrachospermum moniliforme,
Gelidium, Gracilaria, Eucheuma,dan Scicania furcellata.
2.5
Klasifikasi Rhodophyta
Menurut Smith (1955), divisi Rodophyta
hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae. Ordonya antara lain (Tjitrosoepomo, 2005).:
a)
Bangiales (contohnya Bangia, Porphyra)
b)
Ceramiales (contohnya Bostrychia; Ceramium, Griffithsia,
Polysiphonia)
c)
Compsopogonales (contohnya. Compsopogon)
d) Cryptonemiales (contohnya Choreocholax,
Corallina, Gloiopeltis, Hildenbrandia, Holmsella, Lithophyllum)
e)
Gigartinales (contohnya. Chondrococcus, Chondrus,
Eucheuma, Furcellaria, Gardneriella, Gigartina,Gracilaria,
Iridaea)
f)
Nemalionales (contohnya Audouinella, Batrachospermum,
Gelidium, Lemanea);
g)
Palmariales (contohnya Palmaria)
h)
Porphyridiales (contohnya Chroodactylon, Cyanidium,
Porphyridium)
i)
Rhodochaetales (contohnya Rhodochaete)
j)
Rhodymeniales (contohnya Coeloseira, Rhodymenia).
2.6 Manfaat
Rhodophyta
Manfaatnya antara lain sebagai
bahan makanan dan kosmetik.misalnya Eucheuma spinosum , selain itu juga
dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri. Berwarna
merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai
hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya
diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora
dan seksual atau oogami (Ferdinant, 2002).
Penyebaran alga atau rumput laut di Indonesia ada beberapa
jenis yaitu rumput laut penghasil agar-agar (Agarophyte) diantaranya
adalah Gracillaria sp, Gelidium, Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil
keraginan yaitu spinosum, Euchema catini dan Eucheuma striatum.
Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan
lessonia (Supriyono,
2007).
Alga merah dapat menyediakan makanan dalam jumlah banyak
bagi ikan dan hewan lain yang hidup di laut. Jenis ini juga menjadi bahan makanan
bagi manusia misalnya Chondrus crispus (lumut Irlandia) dan beberapa genus Porphyra. Chondrus crispus dan Gigortina
mamilosa menghasilkan karagen yang dimanfaatkan untuk penyamak kulit, bahan pembuat
krem, dan obat pencuci rambut. Alga merah lain seperti Gracilaria lichenoides, Euchema spinosum, Gelidium dan Agardhiella dibudidayakan karena
menghasilkan bahan serupa gelatin yang dikenal sebagai agar-agar. Gel ini digunakan oleh para peneliti sebagai medium biakan bakteri dan
fase padat pada elektroforesis gel, untuk pengental dalam banyak makanan,
perekat tekstil,
sebagai obat pencahar (laksatif) atau
sebagai makanan penutup (Nontji, 1993).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum pengamatan makroalga ini dilaksanakan pada hari
sabtu sampai minggu tanggal 11-12 Oktober 2014, di pantai Kondang Merak di
daerah Bantur Malang bagian selatang.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada saat pengamatan makroalga di
Kondang Merak antara lain:
1.
Kamera digital 1
buah
2.
Alat tulis menulis 1
buah
3.
Senter 1
buah
4.
Penggaris 1
buah
5.
Kantong plastik besar 1
buah
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pengamatan antara lain:
1.
Objek makroalga Rhodophyta Kondang Merak 2 buah
2.
Buku tentang identifikasi alga 1 buah
3.3 Cara Kerja
Langkah kerja dalam pengamatan ini antara lain:
1. Dicari alga merah pada saat air laut surut
yaitu pada sore hari dan esok paginya
2. Dimasukkan plastik sampel alga merah yang
telah ditemukan
3. Diambil gambar spesies alga merah dengan kamera yang
telah dibawa
4. Diidentifikasi dan dideskripsikan alga yang telah
ditemukan dengan menggunakan buku literatur tentang alga.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Scinaia
complanata
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Goeman,
2012)
|
Klasifikasi (Goeman, 2012):
Kingdom: Plantae
Divisi : Rhodophyta
Class : Nemaliales
Ordo : Galaxauraceae
Family : Scinaea Biv
Genus : Scinaea
Spesies : Scinaia complanata
Sciania
complanata biasanya tumbuh dalam rumpun daun kecil dengan struktur yang semakin luas semakin dekat dengan puncak dari percabangan. Daun ini seperti struktur juga akan memiliki bentuk agak tidak konsisten
. Scinaia
complanata bisa tumbuh lebih besar 5 inci dan 4 sampai 5 inci.
Morfologinya bewarna merah tua, ditemui menempel pada karang dan batuan dalam
bentuk koloni atau rumpun, helaian daunnya pipih, bercabang atau dikotom,
antara blade atau helaian dan stipe dapat dibedakan dan terlihat thalus menempel
pada substrat.
Rumpun scinaia hidup dengan menempel pada batu atau benda
lain di pantai. Scinaia hidup pada zona sublitoral pada jarak 8 meter
dari bibir pantai.. Untuk kondisi air,
Sciania hidup pada laut dengan konsentrasi nitrat sekitar 5 ppm. Sciania tersebar di sekitar pantai barat Kepulauan Inggris termasuk Shetlands, Isle of Man dan
Channel Islands, namun
tak ada di pantai timur Inggris dan
Skotlandia. Eropa: Mediterania, Azores, Portugal, pantai Atlantik Spanyol dan
Perancis, selatan Norwegia. Pantai Atlantik Amerika Utara: Kanada, dari Massachusetts ke
Connecticut, Canary dan Maroko.
Manfaat
Scinaia complanata dalam kehidupan
manusia antara lain dapat dimanfaatkan untuk pewarna alami untuk makanan,
selain itu Scinaia complanata juga
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan dalam aquarium. Sedangkan dalam habitatnya
sendiri, Scinaia complanata menjadi
sumber makanan bagi sejumlah hewan laut, misalnya kepiting, lobster dan pemakan
mikroalga lainnya.
4.2 Chindrus
crispus
Gambar pengamatan
|
Gambar literatur
|
|
(Iqbal, 2008)
|
Keterangan :
1.
Panjang 2 inci atau 4 sampai 5 cm
2.
Terlihat adanya
holdfast
3.
Warna merah tua
4.
Percabangan dikotom pendek
Klasifikasi (Iqbal, 2008):
Kingdom:
Plantae
Divisi: Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo: Gigatrinales
Famili: Gigartinaceae
Genus
: Chondrus
Spesies: Chondrus cripcus
Berdasarkan hasil pengamatan pada tugas kuliah kerja lapangan di
pantai Kondang Merak, setelah dilakukan identifikasi diketahui adanya spesies Chondrus cripcus. Tergolong dalam divisi
Rhodophyta dengan warna merah, ditemukan di tepi pantai, terlihat adanya
holdfast, blade dan percabangan dikotom.
Chondrus
cripcus termasuk
golongan dalam divisi Rhodophyta. Bentuk talus silindris pipih. Bentuk merumpun
yang terbentuk oleh berbagai percabangan ada yang sederhana dan ada pula yang
kompleks. Menurut (Birsyam, 1992), ciri-ciri Chondrus cripcus adalah sebagai berikut:
1.
Daur hidup terdiri dari dua fase
2.
Banyak mengandung zat pektin, disamping zat floredian
3.
Thallus pipih
4.
Percabangan dikotom pendek, elastis seperti tulang rawan
5.
Warna merah keunguan (bila segar) dan putih ketika mengering
Chondrus
cripcus merupakan
sumber industri carragenean, yang biasa digunakan sebagai pengental dan
penstabil dalam produk susu seperti es krim dan makanan olahan. Dapat juga
digunakan sebagai pengental dalam calico pencetakan dan denda bir atau anggur
(Yudianto,2006).
Chondrus
cripcus mengalami
siklus hidup dengan dua tahap yang berbeda: seksual haploid gametofit panggung
dan aseksualterjadi pada tahap diploid sporophyte. Selain itu, ada sepertiga
panggung carposporophyte, yang dibentuk pada gametofit perempuan setelah
pembuahan. Para gamethophytes pria dan wanita menghasilkan gamet yang sekering
untuk membentuk karposporophyte diploid, yang menbentuk karpospores, yang
berkembang menjadi saprofit. Sporophyte kemudian mengalami meiosis untuk
menghasilkan tetraspores haploid (laki-laki atau perempuan), yang berkembang
menjadi gametofit. Tiga tahap ( laki-laki, perempuan dan sporophite) sulit
untuk membedakan ketika mereka tidak subur, namun gametophytes sering
menunjukkan permainan warna biru (Yudianto, 2006).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Bentuk thalus dari spesies alga merah (Rhodophyta)
adalah helaian atau seperti tumbuhan.
2. Morfologi dari spesies divisi Rhodophyta yang
ditemukan antara lain, hidup berkoloni atau membentuk rumpun, thalus bersel
banyak (multiseluler), bewarna merah, antara blade dan stipe dapat dibedakan
dengan jelas, untuk holdfastnya ada dan menempel pada substrat di batuan dan
karang air laut zona pasang surut.
3. Siklus hidup dari spesies divisi Rhodophyta yang
ditemukan di tempat pengamatan adalah memiliki dua cara reproduksi yakni
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksualnya adalah dengan pembentukan spora
haploid yang dihasilkan oleh sporangium atau thalus ganggang yang diploid,
sedangkan reproduksi seksualnya dengan oogami, yaitu pembuahan sel kelamin
betina (ovum) oleh sel kelamin jantan (spermatium).
5.2 Saran
Pengamatan makroalga khususnya divisi Rhodophyta
di Kondang Merak ini membawa banyak manfaat, karena mahasiswa dapat secara
langsung terjun ke lapangan melihat habitat asli dari makroalga divisi Rhodophyta
di air laut tersebut. Akan tetapi dengan minimnya pengalaman dan referensi maka
ditemukan adanya banyak kendala terutama dalam hal pengidentifikasian. Oleh
karena hal tersebut, maka diharapkan pada kuliah kerja lapangan selanjutnya
dipersiapkan dengan lebih matang agar tidak mengganggu jalannya kuliah kerja
lapangan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Aslan, L. M. 1991. Budidaya Rumput Laut.
Kanisius. Yogyakarta
Birsyam, Inge.L. 1992. Botani Tumbuhan Rendah.
Bandung: ITB Bandung
Bold. 1978. Introduction To The Algae, Structure and
Reproduction. New Delhi :
Prentice Hall Of India.
Campbell,
Neil A. 1992. Biologi jilid 2. Jakarta: Erlangga
Ferdinand,Fiktor, 2002. Praktis Belajar Biologi. Jakarta :
Visindo
Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae.
Jakarta: Erlangga
Nontji, A. 1993. Laut Nusantara.Jakarta: Djambatan.
Sulisetjono. 2009. Bahan Serahan Alga. Malang : UIN Press
Supriyono, Agus. Aktivitas
Antioksidan Beberapa Spesies Rumput Laut dari Pulau Sumba dalam jurnal sains dan
teknologi indonesiaVol. 9
No. 1 april 2007 hlm. 34-38
Tjitrosoepomo, Gembong.2005. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Yogyakarta: UGM Press
Yudianto,
Suroso Adi. 2006. Penuntun Praktikum Botani Cryptogami. Bandung: UPI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar