LAPORAN PRAKTIKUM
Kuliah Kerja Lapang (KKL)
Wisata Pemandian Air Panas Cangar
Lumut, Lichen dan Jamur
Dosen Pengampu:
Drs.Sulisetjono,
M.Si
Ainun Nikmati Laily,
M.Si
Disusun Oleh:
Ario Miftakhul Hikmah (13620025)
Leni Susilo (13620094)
Nanik Nur Agustin (13620106)
Ahmad Zainuri (13620107)
Siti Mufidatunniswah (13620123)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Firman Allah
SWT dalam Quran-Nya
surat Al-An’am ayat 141, yang berbunyi:
وَهُوَ
الَّذِي أَنْشَأَ
جَنَّاتٍ مَعْرُوشَاتٍ
وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ
وَالنَّخْلَ
وَالزَّرْعَ
مُخْتَلِفًا
أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ
وَالرُّمَّانَ
مُتَشَابِهًا
وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ
ۚ كُلُوا
مِنْ ثَمَرِهِ
إِذَا أَثْمَرَ
وَآتُوا حَقَّهُ
يَوْمَ حَصَادِهِ
ۖ وَلَا
تُسْرِفُوا
ۚ إِنَّهُ
لَا يُحِبُّ
الْمُسْرِفِينَ Artinya:
“Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang merambat dan yang tidak
merambat, pohon kurma, tanaman yang beranekaragam rasanya, zaitun dan delima
yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya
apabila ia berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya,
tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berlebih-lebihan”.
Ayat diatas menjelaskan
bahwasannya Allah yang menciptakan pohon kurma dan pohon-pohon lain dengan
berbagai macam buahnya dan beranekaragam bentuk, warna, dan rasanya. Hal itu
agar menarik perhatian hamba-Nya dan menjadikan mereka beriman, bersyukur dan
bertakwa kepada-Nya. Pohon-pohon yang telah diciptakan Allah tersebut memiliki
manfaat bagi kehidupan manusia seperti pohon kurma (Phoenix dactylifera).
Ketersediaan sumber alam yang melimpah
terdapat di Negara Indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki banyak keanekaragaman flora dan
fauna lebih dari negara-negara yang lain. Dengan letak geografisnya yang
mendukung, berbagai macam organisme dapat berhabitat di dalamnya. Kekayaan
sumber daya alam juga mengindikasikan kekayaan hayatinya.
Mengamati dan
menelitinya merupakan hal yang perlu untuk dilakukan, agar pengetahuan mengenai
objek-objek yang diamati, baik meliputi klasifikasi, jenis, morfologi sera
anatomi, dan manfaatnya dapat diketahui sehingga menghasilkan manfaat baik bagi
masyarakat dan kehidupan di alam ini.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada penelitian kali ini adalah?
1.
Bagaimana bentuk morfologi jamur, lichen, dan lumut yang ditemukan di Taman Hutan Raya R.
Soerjo Dusun Cangar
Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur dan bagaimana reproduksinya?
1.3 Tujuan
Tujuan
diadakanya penelitian ini adalah studi lapangan keanekaragaman Fungi, Lichens
dan Lumut yang berhabitat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Dusun Cangar Desa
Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur.
1.4 Manfaat
Manfaat dari
diadakannya penelitian ini antara lain ;
a. Sebagai pelengkap dalam memenuhi
perkuliahan, terutama mata kuliah Taksonomi Tumbuhan Rendah (TTR)
b. Menambah wawasan mahasiswa terutama
mahasiswa biologi mengenai keanekaragaman Fungi, Lichen dan
Lumut.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Fungi
Fungi
adalah organisme heterotrof, mereka memerlukan senyawa organik untuk
nutrisinya. Bila mereka hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka
disebut saprofit. Saprofit menghancurkan
sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya menjadi zat-zat
kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan kedalam tanah, dan selanjutnya
meningkatkan kesuburannya. Jadi, mereka dapat sangat menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan
kita bilamana mereka membusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain
(Campbel, 2000).
Beberapa fungi, meskiput mereka
saprofitik, dapat juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur
disitu sebagai parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada
tumbuhan dan hewan, termasuk manusia. Fungi menempati lingkungan yang beragam
dan berasosiasi secara simbiotik dengan banyak organisme. Meskipun paling
sering ditemukan dihabitat darat, beberapa
fungi hidup dilingkungan aquatik. Dimana fungi tersebut berasosiasi
dengan dengan organisme laut air tawar serta bangkainya (Campbell, 2000).
Fungi merupakan organisme yang mirip
tumbuhan tetapi tidak memiliki klorofil. Dalam klasifikasi sistem tiga kingdom,
jamur dikelompokkan sendiri dan terlepas dari kelompok plantae karena jamur
tidak berfotosintesis dan dinding selnya bukan dari selulosa ( J. Michael,
2008).
Fungi
hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan, makanan,
bahkan ditubuh manusia. Fungi dapat
tumbuh dan berkembang biak pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi.
Fungi memiliki peran masing-masing
dihabitatnya baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung (J. Michael,
2008).
1.2 Lumut
Lumut merupakan jenis tumbuhan rendah
yang beradaptasi dengan lingkungan darat dan mempunyai perkembangan lebih
tinggi daraipada thalophyta. Pada
umumnya tumbuhan lumut menyukai tempat-tempat lembab dan basah didataran rendah
dan dataran tinggi. Tumbuhan lumut
berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan
klorofil a dan b. Lumut merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut
berkormus dan berthalus. Lumut dapat beradaptasi dengan tumbuh di tanah, belum
mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki dinding sel yang terdiri dari
selulosa (Tjitrosoepomo, 1989).
Reproduksi lumut bergantian antara fase
seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan dan metagenesis. Reproduksi
aseksual dengan spora haploid yang dibetuk dalam sporofit. Reproduksinya secara
seksual dengan membentuk gamet-gamet dalam gametofit. Ada dua macam gametangium
yaitu arkogonium (gametangium betina), bentuknya seperti botol dengan bagian
lebar yang disebut perut, yang sempit disebut leher dan antheredium (gametangium jantan)
berbentuk bulat seperti roda. Jika antheredium dan arkegonium dalam satu
individu tumbuhan lumut disebut berumah satu (monoesis). Jika dalam satu
individu hanya terdapat antheredium atau arkogonium saja tumbuhan lumut disebut
berumah dua (diesis) (Sulisetjino,2011).
1.3 Lichen
Menurut (Sastrahidayat, 2010) liken
merupakan jamur yang bersimbiosis dengan alga, dengan jumlah sepesies lebih
dari 16.000 spesies yang telah diketahui. Mereka menduduki niche ekologi dan
telah merupakan kelompok yang terpisah. Liken biasanya mempunyai patner jamur
Ascomycetes atau Basidiolichenes.
Menurut (Suhono, 2012) lichen
(latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas
benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang
hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus
dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi. Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan,
tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi
ekstrim seperti di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan
penting sebagai vegetasi perintis di beberapa habitat, karena kemampuannya
melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari.
Terdapat sekitar 13.500 sepesies liken di
permukaan bumi, yang sebagian besar dipelajari di belahan bumi empat musim.
Untuk memudahkan dalam mempelajarinya, liken di kelompokkan berdasarkan bentuk
hidupnya. Ada tiga kelompok, yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Namun,
ketiga bentuk ini tidak dapat dijadikan dasar taksonomi liken, karena liken
yang tergolong satu suku atau bahkan satu marga dapat berbentuk crustose,
foliose, dan fruticose. Banyak ahli liken menambahkan satu bentuk lagi yaitu
squamulose. System pengklasifikasian liken masuk dalam system klasifikasi
fungi. (Suhono, 2012)
Tubuh talus Lichen sangat berbeda dari
Fungi dan Alga lainnya. Jenis ini merupakan tumbuhan dengan bentuk dan
pertumbuhan yang sederhana. Pada tipe Lichen dengan talus lembaran, talus
seluruhnya melekat dengan sisi bawahnya pada alas sedangkan tipe Lichen dengan
talus berbentuk semak-semak, hanya pangkal talus saja yang melekat pada alas
dan ujungnya tetap bebas dan bercabang-cabang seperti batang tanaman tingkat
tinggi(Hasnunidah,2009)
Liken dapat tumbuh pada kondisi ekstrem
seperti Benua Arktika, Antartika bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting
sebagai fegetasi perintis di beberapa habitat karena kemampuannya melakukan
invasi pertama pada batu atau tanah yang beru terkena sinar matahari. (Suhono,
2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
Studi lapangan ini dilaksanakan pada hari
Minggu, 09 November 2014 yang bertempat di daerah kawasan Taman Hutan Raya
(Tahura) R.Soeryo Cangar Batu Malang.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan
sebagai penunjang dalam studi lapangan ini adalah:
1. Alat tulis menulis 1 buah
2. Alat dokumentasi (kamera digital) 1 buah
3. Kantong plastic 1
buah
4. Buku identifikasi 1 buah
2.3 Cara Kerja
Langkah-langlah kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dicari lichen, lumut (bryophyta), dan jamur
(fungi) dengan menusuri jalan di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) R.Soeryo
Cangar Batu Malang.
2.
Diambil gambar lichen, lumut (bryophyta), dan
jamur (fungi) dengan kamera digital pada setiap spesies yang ditemukan.
3.
Dimasukkan hasil temuan ke dalam kantong plastik
(cuma beberapa saja, demi menjaga kelestarian).
4.
Setelah sampai di laboratorium, dilakukan
pengamatan dan dicatat ciri-cirinya secara kelompok.
5.
Dibedakan berdasarkan spesies masing-masing,
diklasifikasi kemudian dideskripsikan.
6.
Dibagi setiap kelompok untuk dibahas di dalam
laporan hasil studi lapangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
4.1.1 Pamelia sp
Gambar
Pengamatan
|
Gambar Literature
|
Keterangan
|
|
(Rhoades, 2010)
|
|
Klasifikasi:
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Ascolichenes
Ordo
: Lecanorales
Famili : Parmeliaceae
Genus : Parmelia
Spesies : Parmelia sp
(Suhono,
2012)
4.2 Marchantia sp
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
Keterangan
|
|
(Rhoades, 2010)
|
|
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi: Bryophyta
Class: Hepaticae
Ordo: Marchantiales
Famili: Marchantiaceae
Genus: Marchantia
Spesies: Marchantia sp.
(Kordyanto, 2006)
4.3 Neurospora crassa
Gambar pengamatan
|
Gambar literature
|
|
|
(Pandey, 2004)
|
|
Klasifikasi :
Kingdom : Fungi
Divisi : Ascomycota
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Sordaliares
Filum : Sordariaceae
Genus : Neurospora
Spesies : Neurospora crassa
(Pandey, 2004)
4.2
Pembahasan
4.2.1 Parmalia
sp.
Parmelia merupakan spesies lichen yang berbentuk daun atau foliose,
merupakan simbion dari alga coklat, sehingga warna tubuh buah menjadi coklat.
Terkadang alga hijau juga merupakan simbionnya. Genus parmelia merupakan marga
lichen yang besar penyebarannya, jenis-jenis ini memiliki thallus berbentuk
foliose atau lobatus. Terdapat substrat rhizene. Photobion parmelia adalah
ganggang hijau golongan Trebouxioid, spora tunggal, berbentuk elips, dan
berjumlah 2-9 per askus (Suhandono, 2012).
Jenis ini banyak di Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu yang
telah lapuk dan juga di bebatuan. Tubuh buah mengkerut dengan tepian putih.
Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk. Thallusnya berbentuk foliose,
berwarna abu-abu, atau putih hijau, dan memiliki rhizome dibagian bawah yang berfungsi
sebagai alat pelekat pada pohon atau bebatuan. Berkembangmbiak secara
fragmentasi, thallus membentuk soredia, atau askokarp (aphothesium) (Suhandono,
2012).
Lichen ini tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan. Daerah dengan
kelembapan tinggi amat disukainya, terutama ditepian sungai. Lichen kerut
berkembang biak dengan 2 cara, yaitu secara seksual dan aseksual. Aphotesia
muncul pada tubuh buah dengan bentuk mangkuk berisi askus. Askus berisi spora
dengan bentuk lonjong. Pemkembangbiakan secara aseksual atau vegetatif dilakukan dengan pemisahan bagian tubuh yang
kemudian tumbuh menjadi individu baru (fragmentasi) (Suhono, 2012).
Berdasarkan hasil pengamatan kemarin, lichnes ini ditemukan hidup menempel
bada ranting pohon dan bentuknya seperti lembaran daun, atau yang dikenal
dengan foliose, memiliki akar yang biasa disebut dengan rhizenes, dan berwarna
putih kehijau-hijauan. Hasil ini telah sesuai dengan literature menurut
Suhandono (2012) yang menyatakan bahwa lichen foliose memiliki struktur seperti
lembaran daun yang mengkerut berputar,
bagian atas dan bawahnya berbeda. Lichen ini melekat pada ranting dengan
rhizenes yang berfungsi untuk mengabsorbsi makanan.
4.2.2 Marchantia sp.
Berdasarkan
hasil identifikasi yang telah kami lakukan mengenai fungi, lumut dan lichen
pada species Marchantia sp. yang tergolong lumut pada kelas Hepaticopsida
(lumut hati), dari salah satu anggota kelompok kami menemukan Marchantia sp.
di hutan yang berada di Cangar, menempel pada bebatuan. Lumut ini sering kami jumpai pada saat melakukan penjelajahan di hutan
Cangar. Marchantia sp. memiliki ciri-ciri yaitu tubuh tersusun dari
talus dorsal ventral yang berwarna hijau gelap, pipih, bercabang dikotom, mempunyai
rhizoid pada bagian ventral serta gametofit dan gemma pada bagian dorsalnya.
Rhizoid pada tanaman ini adalah akar semu. Gemma adalah spora yang berbentuk
seperti mangkuk yang terdapat pada bagian tengah lumut pada sisi dorsal. Gemma
ini berfungsi sebagai alat perkembang biakan
secara vegetatif pada Marchantia sp.
Marchantia
sp. merupakan kelompok dari kelas Hepaticopsida (lumut hati) yang mempunyai
bentuk tubuh seperti lembaran dan menempel pada permukaan tanah, pohon atau
tebing. Rhizoid dari tanaman ini berfungsi untuk menempel pada substrat dan
menyerap zat-zat makanan. Marchantia sp. tidak memiliki batang dan daun.
Reproduksi secara vegetatif dari tanaman dengan membentuk gemma (kuncup) dan
secara generatifdengan membentuk gamet jantan dan gamet betina. Marchantia sp.
sering digunakan sebagai indikator daerah yang lembab dan dapat dipakai sebagai
obat hepatitis (Indah, 2009).
Lumut hati
diperkirakan mencapai 6.500 species yang tergolong dalam kelompok lumut yang
berbentuk talus, talus limut hati berlobus. Lumut hati (Marchantia sp.)
hidup menempel di atas permukaan tanah yang lembab, ditebing yang basah, atau
terapung di atas permikaan air. Marchantia sp. tidak memiliki batang dan
daun. Lumut ini bereproduksi secara vegetatif yang membentuk kerap, di dalam
sporangia beberapa lumut hati sel-selnya membentuk kumparan yang muncul dari
kapsul, ketika kapsul tersebut membuka, membantu menyebarkan spora (Campbell,
2003).
Marchantia
sp. dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit hati atau
hepatitis C, antivirus dalam tumbuhan ini berguna untuk menangkal pertumbuhan
virus pada hati, selain itu tumbuhan ini juga bermanfaat untuk menhilangkan
racun gigitan ular pada tindakan pertama.Lumut ini berfungsi sebagai
antimikroba, antivirus dan antibakteri (Tjitrosoepomo. 1995).
4.2.3 Neurospora crassa
Selain menemukan spesies lumut dan lichen, salah
satu anggota kelompok kami menemukan spesies jamur Neurospora crassa
pada batang jagung rebus yang berad pada rerumputan di jalan sekitar taman,
dekat dengan pemandian tersebut. Neurospora merupakan jamur sejenis jamur
oncom. Neurospora adalah organisme yang pertumbuhannya sangat cepat tetapi askosporanya
membutuhkan perlakuan khusus. Sel hifanya memiliki inti banyak (multinucleat).
Miseliumnya berpigmen dengan jumlah pigmen bervariasi tergantung substratnya. Neurospora
crassa bersifat octosporous, hermaphrodit dan heterothallic. Unsur
betinanya diwakili oleh protoperithecia, dimana setiap multinucleat askogonium
ditempelkan.
Rhizopus, Amylomyces, Mucor, Monascus dan Neurospora telah berperan
sebagai mikoflora. Dalam kehidupan sehari-hari kapang Neurospora telah
memegang peranan penting terutama dalam pengolahan makanan fermentasi.
Kapang Neurospora telah dimanfaatkan untuk membuat oncom yang
sangat populer bagi masyarakat. Beberapa strain dari Neurospora crassa,
dapat mengkonversi selulosa dan hemiselulosa menjadi ethanol. Selain itu, jamur
oncom ini juga digunakan sebagi objek penelitian genetika.
Neurospora crassa dikenal pula sebagai kontaminan, terutama
di dalam laboratorium. Kapang dari Genus Neurospora telah lama diketahui
dan telah dipelajari sejak 1843. Spesies
N. crassa telah banyak digunakan di dalam penelitian laboratorium
sejak 1941. Pertumbuhan jamur ini yang
sangat pesat, warna jingganya yang khas, serta bentuk spora (konidia) yang
berbentuk seperti tepung merupakan ciri-ciri khas kapang ini. Habitatnya yaitu
tumbuh pada kawasan subtropis dan
tropis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan KKL Taksonomi Tumbuhan Rendah ke-2 yang
bertempat di Wahana wisata Pemandian Air Panas Cangar dan Kawasan Hutan Lindung
Cangar Kota Wisata Batu, Malang, Jawa Timur dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Jenis Lichen yang ditemukan dalam penelitian
ini adalah lichen tipe foliose yang menempel di pepohonan, dan batang
pohon yang jatuh di hutan, spesiesnya
adalah Parmelia sp.
2. Lumut ditemukan terutama
di area sedikit cahaya / ringan dan lembab seperti di daerah dataran tinggi
seperti pegunungan dan hutan lindung. Lumut umumnya di area berpohon-pohon dan
di tepi arus sungai juga terdapat. Lumut yang didapatkan saat penelitian
langsung termasuk sangat lengkap, terdapat lumut hati, lumut daun, dan lumut
tanduk yang sangat banyak. Salah satunya Marchantia sp.
Perkembangan
lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan
haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut
dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula
yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan
berkembang menjadi tumbuhan lumutnya (Suryadi, 2004).
3. Dari penelitian yang
dilakukan di hutan lindung Cangar
didapati beberapa jenis Jamur yang ada di kawasan tersebut, Jamur biasanya
hidup di lingkungan yang lembab. Terdapat beberapa macam jamur yang ada di
kawasan tersebut, terdapat beberapa dari jamur phylum ascomycota namun kebanyakan
dari phylum basidiomycota. Salah satu spesies yang
ditemukan adalah Neurospora crassa.
DAFTAR PUSTAKA
Hasnunidah, Neni.2009.Botani Tumbuhan
Rendah. Bandarlampung:Unila
J Michael, Palazar Jr.2008. Dasar-Dasar Mikro Biologi. Jakarta
Universitas Indonesia
Neil A, Campbel. 2000. Campbel Edisi Ke 5. Jakarta: Erlangga
Suhono, B. (2012). Ensiklopedia Biologi Dunia Tumbuhan Runjung
Dan Jamur. Jakarta: Lentera Abadi.
Sulisetijono. 2009. Bahan Serahan. Malang. UIN Pres
Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM
Press